BREAKING NEWS

Bisnis

Aplikasi

Dunia Sharing

Rabu, 24 Juni 2015

Biografi Khalifah Ali Bin Abi Thalib RA

Biografi Khalifah Ali Bin Abi Thalib RA

‘Alī bin Abī Thālib
Lahir sekitar 13 Rajab 23 Hijriah / 599
Wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661.

Dia adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga termasuk keluarga dari Nabi Muhammad.

Menurut Sunni, ia adalah Khalifah (Pemimpin) terakhir dari Khulafaur Rasyidin.

Sedangkan Syi'ah, berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus juga Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah SAW.

Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad Saw, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu  Nabi Muhammad Saw.



 

Perbedaan pendapat tentang Ali bin Abi Thalib

Pendpat Syi'ah

Syi'ah berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Dia atas perintah Allah di Ghadir Khum.

Syi'ah meninggikan kedudukan Ali atas Sahabat Nabi yang lain, seperti Abu Bakar ra dan Umar bin Khattab ra.

Syi'ah selalu menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam (AS) atau semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan.

Karena sebagian Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib itu nabi setelah Nabi Muhammad saw.

Pendapat Ahlussunnah

Ahlussunnah berpendapat Ali bin Abi thalib ra sebagai salah seorang sahabat rasulullah yang terpandang.

Hubungan kekerabatan Ali dan rasulullah sangat dekat sehingga ia merupakan seorang ahlul bait dari nabi shallallahu'alaihi wa sallam.

Ahlussunnah juga mengakui Ali bin abi thalib sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin (Pemimpin kaum Muslimin setelah Rasulullah ).

Sunni menambahkan nama Ali dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga Allah ridha padanya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan kepada Sahabat Nabi yang lain.

Sufi

Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah (KW) atau semoga Allah me-mulia-kan wajahnya.

Karena berdasar riwayat, bahwa dia tidak suka menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun.

 Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa dia tidak suka memandang ke bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri.

Sedangkan riwayat-riwayat lain menyebutkan dalam banyak pertempuran di medan perang, bila pakaian musuh terbuka bagian bawahnya karema terkena sobekan pedang dia, maka Ali bin Abi Thalib tidak mau meneruskan pertempuran dengan lawanya hingga musuhnya lebih dulu memperbaiki pakaiannya.
 
Kaum Sufi mengaggap Ali bin Abi Thalib sebagai Imam dalam ilmu al-hikmah dan futuwwah, Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan dia sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki.


Riwayat Hidup Beliau

Kelahiran Ali bin Abi Thalib ra

Ali dilahirkan di kota Mekkah, Jazirah Arab, pb.

Ali bin Abi Thalib dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan).

Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 hingga 32 tahun.

Dia bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.

Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).

Setelah kelahiran Ali bin Abi Thalib

Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim.

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi perhatian bagi Nabi SAW karena dia tidak punya anak laki-laki. Dan keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkatnya.

Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Nabi Muhammad saw.

Dalam biografi orang barat, hubungan antara Ali kepada Nabi Muhammad SAW digambarkan seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Itu karena menunjukan kedekatannya antara mereka berdua.

Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut di gambarkan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.

Masa Dewasa Ali bin Ali Thalib

Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan bahwasanya Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada masa ini Ali baru beranjak berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung kepada Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkeinginan selalu dekat dengan Nabi SAW, hal ini berkelanjutan hingga dia menjadi menantu Nabi SAW.

Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran terkait masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus kepada dia tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain. Hal ini juga yang mendorong kaum Syi'ah menganggap Ali adalah penerus Nabi Muhammad SAW.

Karena ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam, terutama yang mengatur ibadah dan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu.

Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (bahasa lain adalah exterior) atau syariah dan bathin (bahasa lain adalah interior) atau tasawuf menjadikan Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

Kehidupan di Mekkah Ali bin Ali Thalib

Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi dengan cara membunuh Nabi. Dia tidur menampakkan kesan Nabi yang sedang tertidur di atas ranjang, sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar ra.

Kehidupan di Madinah Ali bin Ali Thalib

Perkawinan Ali bin Abi Thalib

Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi Muhammad dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra.

Nabi berpendapat bahwa Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga (Bani Hasyim), yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan banyak hal lainnya.

Julukan Ali bin Abi Thalib

Ketika Nabi Muhammad mencari Ali (menantunya), ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya.

 Melihat kejadian itu Nabi Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah."

Turab yang berarti debu atau tanah (dalam bahasa Arab). Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh Ali.

Pertempuran yang diikuti Ali bin Ali Thalib

Perang Badar
Beberapa saat setelah Ali menikah, terjadilah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah (paman Nabi).

Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali (masih dalam perselisihan). Tapi semua sepakat dia menjadi pahlawan perang dalam usia yang masih sangat muda (sekitar 25 tahun).
Perang Khandaq / Parit
Perang Khandaq juga ia menjadi pahlawan, keberanian Ali bin Abi Thalib ketika berperang melawan Amar bin Abdi Wud (panglima kaum Quraisy). Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama Dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbunuh dengan kepala terpisah dari tubuhnya.
Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah (perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum Yahudi), dikemudian saat Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut, sehingga terjadi perang antara kaum Muslimin melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar (benteng Yahidi) yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, ternyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga kepalanya terpisah dari badanya.
Peperangan lainnya
Hampir semua peperangan dia ikuti kecuali perang Tabuk karena Ali nin Abi Thalib mewakili Nabi Muhammad saw untuk menjaga kota Madinah.

Setelah Nabi wafat

Ketika Nabi Muhammad wafat, perbedaan pendapat mulai tampak.

Syi'ah berpendapat bahwa ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah setelah Nabi SAW wafat.

Tetapi Sunni tidak sependapat dengan Syi'ah, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka setelah kepergian Nabi SAW, dan orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.

Menurut riwayat seseorang bernama Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan bahwa suatu peristiwa sebagai berikut.

Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'), malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang (sekarang dikenal dengan nama "GHADIR KHUM.")

Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah dengan memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.
Dalam khutbahnya itu antara lain dia berkata : "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya"

Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah (Pemimpin) tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Bait dan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pembai'atan Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah.

Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at Abu Bakar menjadi Khalifah setelah Fatimah Az Zahra meninggal, yaitu 6 bulan setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat Islam.

Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menjabatan sebagai Khalifah di karenakan umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.

Ketika Ali bin Abi Thalib Khalifah

Ketika terjadi peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan, mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.

Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah selanjutnya, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa ia, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka.

Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.

Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Khalifah Utsman bin Affan.

Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Pertempuran di Basra, hingga melibatkan hingga 50 ribu pasukan, 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul Mu'minin Aisyah binti Abu Bakar (Istri Rasulullah)

Dan akhirnya perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali bin Abi Thalib.

Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan kurang dapat diselesaikan karena terjadi fitnah yang sudah terlanjur meluas dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, yang sampai menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya sampai disitu, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya.

Pertempuran di Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.

Ali bin Abi Thalib adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang militer dan strategi perang, tetapi pada masa itu mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya.

Wafat Ali bin Ali Thalib

Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami salat subuh di Masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali wafat pada besok harinya yang bertepatan pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.

Keturunan Ali bin Abi Thalib

Ali memiliki 8 istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. 2 anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad Saw (Fatimah), ialah Hasan dan Husain.

Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 18 anak perempuan.

Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan.

Sebagai keturunan langsung dari Nabi Muhammad Saw, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah.

Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal dengan Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid.

Anak laki-laki Anak perempuan
Hasan al-Mujtaba Zainab al-Kubra
Husain asy-Syahid Zainab al-Sughra
Muhammad bin al-Hanafiah Ummu Kaltsum
Abbas al-Akbar (dijuluki Abu Fadl) Ramlah al-Kubra
Abdullah al-Akbar Ramlah al-Sughra
Ja'far al-Akbar Nafisah
Utsman al-Akbar Ruqaiyah al-Sughra
Muhammad al-Ashghar Ruqaiyah al-Kubra
Abdullah al-Ashghar Maimunah
Abdullah (yang dijuluki Abu Ali) Zainab al-Sughra
Aun Ummu Hani
Yahya Fathimah al-Sughra
Muhammad al-Ausath Umamah
Utsman al-Ashghar Khadijah al-Sughra
Abbas al-Ashghar Ummu al-Hasan
Ja'far al-Ashghar Ummu Salamah
Umar al-Ashghar Hamamah
Umar al-Akbar Ummu Kiram





Baca juga artikel tentang :

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 gbubjl